Minggu, 23 Oktober 2016

Ragu nyemplung di saham? Baca ini dulu!

Ragu nyemplung di saham? Baca ini dulu!

Investasi di pasar modal semakin digalakkan khusuanya oleh BEI (Bursa Efek Indonesia). Tanggal 22 Oktober ini bahkan ada event akbar yaitu investival di Mall Taman Anggrek Jakarta. Tujuannya ya apalagi kalau bukan menjaring investor-investor baru di pasar modal.

Walaupun investasi di pasar modal bukan hal baru, tetapi masih banyak yang enggan untuk mulai berinvestasi di pasar modal, terutama yang langsung nyemplung di saham. Alasan klasiknya antara lain:
1. Ribet. Nggak tahu cara memulainya
2. Fluktuasi harganya bikin jantungan
3. Menganggap saham sama dengan judi
4. Saham cuma buat orang kaya dan berdasi
5. Return tidak pasti
Bisa jual beli saham via smartphone, gampang kan? (sumber: pixabay)

Oke, aku jujur saja nih, bisa nyemplung ke saham juga karena 'accident', gara-gara kenal produk asuransi unit-link. Kenapa asuransi plus investasi ini sangat marak diperdagangkan? Dan kenapa setelah membuka polis disini jumlah uangku tidak seindah ilustrasi? Ternyata aku memilih instrumen investasinya berupa reksadana saham dimana fluktuasi harga saham berpengaruh disini. Oke, return investasi saham memang tinggi, tetapi resikonya juga tinggi. Sayangnya dalam kurun waktu 20019-2015 itu aku rada 'apes', saham lagi nggak begitu bagus, ditambah nilai pertanggunganku yang cukup besar, banyak tergerus deh uangku jadinya.

Kecewa? Banget. Tapi itu membuatku penasaran, bagaimana solusi dari permasalahanku ini? Di satu sisi aku menyimpan hasrat besar untuk bisa berinvestasi di pasar modal karena katanya menjanjikan return lebih tinggi dibanding hanya menabung biasa. Dan, aku pengen tetap berinvestasi secara syariah. Tapi kalau pakai produk unit link jelas nggak recomended karena dana akan tergerus asuransi yang sebaiknya dipisah dari dana investasi. Sampai suatu ketika aku disarankan sahabat yang suaminya kerja di sekuritas, untuk membuka rekening efek dan mulai berinvestasi di pasar modal lewat rekening itu. Mau beli reksadana saja atau langsung saham? Bisa. Kalau ada penawaran obligasi atau sukuk, lebih gampang juga untuk ikutan, dan menariknya, di rekening efek ini tidak dikenai biaya administrasi apa pun! Ternyata sesuatu itu ada jalannya kalau mau berusaha yah. Jadi, 5 poin yang bikin ragu buat nyemplung di saham itu nonsense! Tergantung prespektif kita saja. Yuk bahas satu-satu.

1. Nyemplung di saham itu gimana caranya?

Sejujurnya sih aku baru tahu kalau buat nyemplung di saham itu gampil banget. Cukup mengisi form, menyerahkan fotokopi KTP, NPWP, KTP pasangan, dan halaman depan buku tabungan, serta menyiapkan beberapa materai (kalau sekuritasnya lagi baik, bisa digratisin kok, xixixi) ke sekuritas. Memilih sekuritas itu seperti memilih bank untuk menabung, satu sekuritas dengan sekuritas lain relatif sama, tinggal nyamannya kita saja. Apalagi beberapa bank juga memiliki perusahaan sekuritas, jadi bisa saja buka di mandiri sekuritas karena sudah fanatik sama bank mandiri, misalkan. Eh tapi jangan salah buka aplikasi ke axa mandiri loh. Sama-sama mandiri tapi yang satu sekuritas, yang satunya lagi asuransi (ntar kejadian kayak aku kemarin. Niat investasi malah duitnya kegerus asuransi-karena gak paham produknya sih).

Oh ya, permohonan pembukaan rekening efek memakan waktu sekitar 1 bulan. Agak lama memang, tapi nothing to loose lah. Soalnya untuk sekarang, buka rekening efek itu nggak perlu deposit dana, jadi tahu-tahu rekening efek jadi deh. Tinggal transfer dana seperti transfer rekening tabungan biasa deh. Gampil kan?

2. Fluktuasi harganya bikin jantungan

Oke, fluktuasi harga di saham memang kerap bikin deg-degan. Saham memang melatih kita untuk mengatur emosional kita. Pelajari saham yang hendak dibeli, terutama dari segi fundamental dan tehnikalnya. Karena tujuan kita adalah investasi, nggak usah dipikir terlalu berat kalau saham lagi anjlok. Justru kalau fundamental perusahaan bagus dan harga saham masih murah, manfaatkan peluang ini untuk top up di saham tersebut.

Ingat kuncinya. Pelajari fundamental perusahaan dengan baik. Tentukan harga beli berdasarkan analisa tehnikal sederhana saja. Kalau 'guru'ku sih mengajarkan pakai moving average (MA) saja. Kalau sudah di bawah MA 200 (rata-rata 200 hari), berarti harga saham sudah relatif rendah.

3. Menganggap investasi saham sama dengan judi

Sesuatu kalau nggak ada ilmunya ya judi namanya. Pernah aku dengar cerita teman yang terjebak di forex dan uangnya malah tergerus. Lah, kalau di forex, perusahaannya jelas nggak? Fundamentalnya bagaimana? Keuangan perusahaan sehat nggak? Biasanya sih susah dapat informasi itu. Kalau tipe emiten kayak begini yah biasanya banyak spekulasinya. Aku sih big no buat yang begini. Karena aku pengen investasi saham secara syariah sehingga hasilnya barokah.

Terus investasi saham itu bukan judi? Selama kita memilih saham perusahaan yang jelas fundamentalnya, tentu bukan judi namanya. Sudah familiar dengan produk Unilever, Indofood, atau pun Kalbe Farma kan? Produknya saja kita pakai. Jadi kemungkinan kolapsnya sangat kecil. Malah justru dengan berinvestasi saham perusahaan tersebut kita dapat ikut 'memiliki' perusahaan tersebut walau dengan prosentase yang sangat kecil. Perusahaan seperti ini biasa bagi deviden atau bagi hasil juga lho. Jadi investasi kita bisa lebih jelas kalkulasinya.

4. Saham cuma buat orang kaya dan berdasi

Sekarang buka rekening efek sudah tidak dikenai minimal deposit. Harga saham LQ 45 (saham yang volume transaksinya besar dan perusahaannya juga bonafid) yang murah meriah juga banyak. Contoh saja saham MYOR atau Mayora yang masih sekitar 1500 per lembar saham, sehingga kita bisa membeli 1 lot (100 lembar saham) dengan harga 150.000 rupiah saja.

5. Return tidak pasti

Saham adalah investasi jangka panjang, jadi kalau cuma jangka pendek masih rentan loss atau dana berkurang dari yang diinvestasikan. Contoh saja harga emas. Hari ini bisa lebih mahal dari besok kan? Apalagi kalau emas ada beda antara harga jual dan harga beli dan rentangnya cukup besar kalau dibandingkan saham. Kalau saham, kita hanya akan dikenakan broker fee 0.15-0.19% (tergantung sekuritas, dan jumlah ini sangat kecil) untuk harga beli dan 0.25-0.29% untuk harga jual.

Mr Market memang kadang tidak bisa diprediksi. Tapi kembali lagi, pilihlah saham dari perusahaan yang bonafid. Perhatikan PER dan PBV saham tersebut (makin kecil makin baik). Banyak-banyak bertanya sama petugas sekuritas, teman yang berpengalaman di saham, dan membaca buku. Emosi juga harus tetap calm. Pakailah uang yang memang dialokasikan untuk investasi dan sebaiknya hindari menggunakan margin atau uang pinjaman dari sekuritas. Jadi investasi juga lebih tenang.
Intinya kalau sudah tahu ilmunya dan sudah bisa mengendalikan emosi selama trading saham, nyemplung di saham itu asyik kok.