Senin, 28 Januari 2019

Hutang Negara Indonesia mencapai 13 juta per jiwa?


Apa yang kamu pikirkan melihat tulisan di atas? Kalo aku mikirnya itu utang persalinan lho. Dan dengan polosnya, ketika temen posting gambar itu di WAG, aku nyahut, "Bayar segitu kalau nggak pakai BPJS dan di rumah sakit kali."
Ternyata maksudnya hutang negara saudara-saudara!

Oke, keep calm, tetep berpikir positif. Ya, nggak bisa dipungkiri hutang negara Indonesia memang besar dan cenderung membengkak belakangan ini. Tapi percayalah itu hutang produktif, dan jangan pesimis. Keuangan negara kita masih sehat kok (aku bukan ekonom, tapi kalau lihat pasar modal Indonesia, seharusnya memang baik-baik saja kok).

Dan setelah topik tentang utang negara digulir di WAG, aku dengan (sok pahlawan) mulai promo tentang surat berharga negara. Kan pas banget momennya, lagi ngomongin utang negara. Ternyata, mulai deh muncul berbagai pendapat. Ada yang mengaitkan Indonesia banyak bencana karena kebanyakan makan riba, ikut investasi di surat berharga negara sama aja riba. Ada lagi yang beranggapan, investasi itu yang konvensional aja, emas dan properti. That's all. Nggak usah neko-neko.

Oke, aku sependapat soal emas dan properti itu investasi yang bagus. Tapi, investasi nggak cuma itu. Ada beragam jenis investasi, yang bisa disesuaikan dengan profil resiko kita. Nggak semua bisa 'hoki' di emas ataupun properti. Aku pribadi kurang nyaman investasi di emas karena merasa nggak aman nyimpen emas batangan. Beli tanah juga belum mampu, dan beli tanah itu jodoh-jodohan. Pernah suami beli tanah di Lampung, ujung-ujungnya zonk, karena per-legal-annya kacau.

Suka sedih sama tuduhan riba dan semacamnya untuk semua produk keuangan yang beredar di Indonesia. Label syariah ternyata nggak jua membuat sebagian masyarakat percaya kalau produk keuangan tersebut aman dari riba. Lihatlah negara dengan getolnya mengeluarkan sukuk, supaya masyarakat Indonesia percaya untuk berinvestasi untuk negeri. Tapi karena bentuknya hutang, tetap saja dianggap riba.

Oke aku memang bukan ahli ekonomi Islam. Tapi ayolah, Islam itu nggak memberatkan kita. Pun sebagai masyarakat kita diminta untuk tunduk dengan pemimpin kita selama tidak mengajak ke kebathilan. Sekarang kalau sebagian dari kita resah hutang negara membengkak, tapi disisi lain juga nggak mau berinvestasi pada negeri (kasarnya ngutangin negara), ya resahnya nggak ada solusi dong. Karena kalau masyarakat skeptis sama program pemerintah, akhirnya pemerintah terpaksa hutang ke luar negeri lagi, pada rela gitu? Mending negara hutang sama masyarakatnya sendiri to? Hasilnya balik ke masyarakat itu sendiri. Soal riba, nggak perlu dipusingin. Pilih saja yang sudah jelas syariah seperti sukuk. Percaya saja sama dewan syariah yang sudah memberinya label syariah. Lagian sudah jelas kok surat berharga negara ini untuk membangun infrastruktur dan pendidikan, bukan buat maksiat dan semacamnya.

Mengenai return, memang surat berharga negara nggak terlalu besar. Tapi yang jelas jumlahnya pasti tiap bulan. Kayak emas aja bisa naik turun harganya. Kena selisih harga beli dan jual pula. Kalo ini ada minimal imbal balik setiap periodenya. Dan kembali lagi ke niat utama, berinvestasi untuk negeri. Sebab katanya, jangan tanyakan apa yang negeri ini berikan untuk kita, tapi apa yang bisa kita berikan untuk negeri. Ya kan?*ampun aku udah sok iyes banget sih

Postingan ini bukan paid post sukuk negara (wong sekarang juga belum ada penawaran sukuk, mungkin sekitar Maret baru ada SR010), tapi untuk memberi pandangan kepada mereka yang sebetulnya care sama kondisi negara, tapi terlalu pesimis untuk berbuat. Hey, ini ada hal sederhana yang bisa kita lakukan kok! Nggak perlu minder karena cuma bisa dikit. Karena hal besar itu dimulai dari yang kecil. Bukan begitu?

Baca: Membeli Surat Berharga Negara secara online via SBNOnlineBRI

2 komentar:

  1. Harap maklum aja mbak, mungkin mereka belum tercerahkan. Soalnya di grup saya juga ada yang begitu. Koar-koar investasi koperasi, pas dibilang kenapa nggak SBN atau saham malah dibilang riba. Semoga masyarakat Indonesia makin banyak melek investasi legal dan syariah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin. Iya Mbak. Tak kenal maka tak sayang, sedih aku tu dibilang riba, pdhl yg ngomong itu nggak (mau) tahu soal cara kerja surat berharga negara. Bisa dikaitkan dengan Syirkah kok..

      Hapus