Senin, 04 Mei 2020

Melek Finansial Hindari Sial


Berawal dari postingan Instagram soal #CeritaAturDuit , tiba-tiba dijapri sama lifestyle journalist idola, Mbak Ecka Pramitha. Katanya dia mau seseruan IG Live dan tema keuangan kayaknya lagi asyik banget dibahas sekarang. Hmm, sebenarnya aku ragu mau sharing, secara siapa sih aku? Bukan lulusan ekonomi, tapi memang punya passion soal duit dan investasi (sapa sih yang gak berbinar ngomongin duit, ya kan).

Singkat cerita, diputuskanlah mengambil judul 'Melek Finansial Hindari Sial', karena soal finansial bisa bikin hidup jadi sial (merana) kalau gak diatur dengan baik. Semua kudu melek finansial, apalagi emak-emak yang konon katanya menteri perekonomian keluarga (selain menteri pendidikan dan kesehatan juga, jadi emak memang kudu all in, hihi).


Keuangan itu harus direncanakan mau berapapun penghasilan kita. Di awal gajian kita harus membagi-bagi penghasilan sesuai dengan posnya masing-masing. Ada bermacam-macam persentase yang bisa digunakan, tapi yang paling aku suka sih metode 40:30:20:10, kan gampang tuh ngingetnya. Jadi 40% biaya hidup. 30% hutang (usahakan hutang produktif) 20% tabungan 10% sedekah. Biaya hidup dan hutang, semakin kecil semakin bagus, sedangkan tabungan dan sedekah, semakin besar semakin baik. Jujur sih aku nulis gini juga belum 100% sesuai, karena penghasilan terbatas, bisa hidup hanya dari 40% penghasilan cukup berat, makanya aku gak berani ambil hutang, karena pos tabungan (dana darurat dan investasi) masih butuh ditambah.

Nah menilik judul 'Melek Finansial Hindari Sial' itu maksudnya supaya kita lebih cermat dan kritis memilih produk keuangan. Kemalasan dalam membaca 'term and condition' pada produk keuangan dapat membuat kita salah memilih produk keuangan (pengalaman pribadi sih ini). Jadi, harus melek kayak gimana sih?

1. Wah, bisa nabung nih, investasi aahh

Dengan gaya hidup sederhana diharapkan kita dapat menyisihkan uang untuk ditabung. Guna tabungan ini tentu saja beraneka ragam. Bisa sebagai saving di kala darurat (dana darurat), dapat pula menjadi kendaraan untuk mendapatkan passive income. Namun, tetap teliti memilih produk yang akan digunakan sebagai tabungan ini. Jangan tergiur dengan  imbal hasil yang tinggi dan ada embel-embel syariah, terus langsung masukin dana kesana tanpa diteliti lagi. Selalu kritis menanyakan prospektusnya, misal itu produk investasi, pastikan izinnya juga legal. Ingat selalu bahwa imbal hasil tinggi berarti resikonya tinggi pula. Selalu bikin target yang jelas dalam menabung, jadi nggak 'ngawang2'.

2. Wah, ada peluang bisnis, tapi modal nggak ada, ngutang ah..

Hutang memang nggak dilarang, tapi dalam berhutang memang harus bijak. Bila kebutuhan masih bisa ditunda lebih baik dikumpulkan dulu dananya dengan menabung, tetapi hutang yang sifatnya produktif seperti KPR atau modal usaha boleh dilakukan, karena bila menabung biasa khawatir tidak dapat 'momen'nya lagi.

Nah, dalam berhutang kita harus jujur soal keuangan pribadi. Nggak perlulah bohong soal gaji, karena yang repot bayar nanti kita sendiri. Teliti klausul-klausul pada produk pinjaman apalagi sekarang marak pinjaman online, jangan karena kemudahan mendapatkan dana lalu kita terlena dan akhirnya kesulitan membayar bunganya. Ingat, jangan sampai tebawa nafsu karena uang akan mengendalikanmu!

3. Aku sudah berhemat berbulan-bulan, saatnya reward diri sendiri!

Menabung sewajarnya saja, namun jadikan habit rutin. Apabila mentarget terlalu banyak, ujung-ujungnya kita akan merasa tersiksa. Lalu sampai pada masa "Ah aku sudah terus berhemat, sekarang beli-beli buat reward lah!"-->terus beli ini itu-->terus tabungan ludes. Jangan sampai kayak gitu yaaa..fokus sama target keuangan gaes. Mending dikit-dikit tapi rutin, daripada langsung banyak tapi habis itu menyerah.

Jadi, tetap cermat mengatur keuangan dan terus upgrade ilmu seputar duit, karena tanpa ilmu dan manajemen yang baik, duit bakalan mengatur kita!

0 komentar:

Posting Komentar