Kamis, 06 April 2017

Kelas Akber Palembang "Why Should Invest in Capital Market?"


Sebelum mulai bahas materi tentang kelas Akademi Berbagi (Akber) Palembang kali ini, udah pada tahu belum sama program "Yuk Nabung Saham" yang diprakarsai IDX Indonesia? Jadi, untuk memasyarakatkan budaya investasi di Indonesia, IDX (Indonesian Stock Exchange) mensosialisasikan program "Yuk Nabung Saham". Nah, supaya orang tertarik buat "nabung" saham, orang harus tahu dulu dong, manfaat dari nabung saham itu apa?

Baca: edukasi saham sejak dini

Tema Akber kali ini sejalan dengan sosialisasi Yuk Nabung Saham ini. Why should invest in capital market? Emang untungnya apa sih? Untungnya jelas banyak cyyn. Tahu nggak kenapa? Soalnya pasar modal di Indonesia itu sedang bertumbuh pesat. Lihat data ini kalau nggak percaya. Dibanding bursa di seluruh dunia, kita paling kece bro!

Kelas Akber tentang pasar modal kali ini dibawakan oleh Bapak Hari Mulyono, Head of Representatif IDX Palembang. Acara berlangsung santai dan menyenangkan. Soalnya, ngomongin duit kan memang menyenangkan, ya kan ya sih? Selain itu, Pak Hari juga menyampaikan materi yang gampang dimengerti orang awam. Kayaknya sih, habis ikutan kelas ini, banyak yang terus buka rekening efek deh. Soalnya selesai acara banyak yang tanya-tanya cara buka rekening efek. Asyiknya di kantor IDX Palembang ini, di lantai bawah sudah ada beberapa sekuritas yang stand by, jadi harusnya para dedek emesh yang mau nabung saham nggak perlu bingung gimana mau memulai nabung saham. Atau baca postingan kakak tentang bagaimana membeli saham. Langkah awal yaitu, Memilih Sekuritas yang Tepat untuk Membuka Rekening Efek.
Bapak Hari Mulyono

Pada kelas kali ini, Pak Hari melakukan studi kasus tentang emiten SMBR alias Semen Baturaja. Dikatakan Pak Hari, pada tahun 2013 SMBR baru saja listing di bursa. Saat itu bisnisnya belum cakep seperti sekarang. Setelah listing di bursa dan meraup banyak modal dari investor, mulailah SMBR melakukan ekspansi usaha dan akhirnya berdampak pada harga lembaran saham SMBR. Menurut data yang kuunduh di RTI, harga saham SMBR di pertengahan 2015 sempat menembus sekitar 250, eh nggak sampai dua tahun sahamnya bisa melejit di 3500. Amazing kan? Nggak semua saham bisa begini sih, tapi kalau kita jeli, bisa juga kok nemu yang model begini. Keep learning and investing aja deh.*sambil afirmasi diri sendiri.

Sayangnya, pasar modal Indonesia yang kece begitu banyak dinikmati asing saja. Soalnya banyak masyarakat Indonesia yang beranggapan kalau pasar modal itu judi. Padahal logikanya ya, kita memberi modal kepada perusahaan berupa pembelian lembaran saham. Dana tersebut diputar perusahaan untuk kegiatan bisnisnya. Bisnisnya bertumbuh, kemudian ada pembagian deviden. Fair kan? Sangat sesuai dengan prinsip Syariah pula. Nggak ada gamblingnya, karena yang bikin gambling itu pelaku pasarnya sendiri. Pelaku pasar yang malas mencari tahu emiten yang akan dibelinya. Yang cuma ikutan arus dalam membeli saham. Yang model begini yang bikin orang takut nyemplung di pasar modal. Padahal saat ini akses informasi mengenai semua emiten di bursa Indonesia, lengkap tersaji di website idx.co.id, tinggal kita mau aktif cari tahu atau tidak?
Suasana kelas. Nyaman.

Idealnya, pasar modal Indonesia seharusnya apple to apple dengan GDPnya. Dengan demikian negara Indonesia bisa maju dan minim korup. Soalnya yang bikin orang korup itu karena kurangnya penghasilan, ya kan?(normalnya sih begitu, kalau memang udah tuman sih beda cerita), nah pasar modal sebenarnya menjanjikan penghasilan tambahan loh. Halal pula. Di Singapura kenapa negaranya maju, ya karena GDP sama pasar modalnya sebanding, apple to apple.

Di Indonesia sendiri, masalah inflasi bukan karena nilai tukar rupiah atau perekonomian dunia. Indonesia tidak terlalu terpengaruh itu. Inflasi di Indonesia, menurut Budiono, terjadi karena masalah distribusi. Biaya distribusi masih membengkak, akibat infrastruktur yang kurang memadai. Jadi, solusi Jokowi saat ini untuk perbaikan infrastruktur di seluruh Indonesia sangatlah tepat ya. Moga-moga bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya untu memaslahatan umat ya..

Di sesi tanya jawab, aku melemparkan pertanyaan mengenai cut loss untuk seorang investor. Begini jawaban dari Pak Hari.

Ada beda prinsip trader dan investor. Trader menganggap saham tak lebih dr selembar kertas. Sedangkan investor fokus dengan value saham tersebut. Jadi,selama value perusahaan tidak berubah, buat apa cut loss?

Sebagai investor, ada tips memilih saham dari Pak Hari:

1. Pilihlah saham yang undervalued. Yaitu saham dengan nilai saham lebih rendah dari nilai asset.

2. Pilih saham dengan core bisnis consumer. Bisnis seperti ini cenderung tahan banting pada suasana ekonomi apapun. Soalnya kebutuhan pokok manusia kan.

3. Perhatikan laporan keuangan perusahan.

4. Fokus pada max 4 saham. Ini prinsip dari costumer Pak Hari, yang konsisten profit karena setia pada 4 emiten saja.

Oh ya, sebenarnya pasar modal nggak cuma saham saja. Masih ada produk pasar modal lain seperti obligasi, sukuk, ETF, pasar uang, dll. Tapi buat anak muda yang dinamis seperti kita-kita ini (sok-sokan seumur sama dedek emesh di belakang), lebih worthed untuk investasi saham. Soalnya timeframenya kan untuk jangka panjang.

Sekali lagi, keep learning and investing. Yeay!

0 komentar:

Posting Komentar