Minggu, 21 Maret 2021

Pendidikan Keuangan Sejak Dini




"Dih, perhitungan banget sama anak, mecahin gelas suruh bayar denda."
"Huh pelit banget tuh, anaknya nggak dibelikan mainan, padahal uang gak kurang-kurang tuh!"

Aku familiar dengan respons begini dan aku sudah komit sama suami untuk mengajarkan konsekuensi kepada anak sedari kecil. Dunia luar itu, dibilang baik ya baik, dibilang kejam ya kejam, yang jelas dunia tidak akan memberikan pemakluman kepada kita. Berani berbuat berani bertanggung jawab. Termasuk soal keuangan. Mana ada uang mengalir terus kayak air. Semua butuh perhitungan supaya nggak menyesal di kemudian hari. Hal itu juga yang membuat kami terkesan 'pelit' sama anak. Karena ini adalah salah satu pendidikan keuangan yang coba kami ajarkan ke anak. Beberapa pendidikan keuangan yang coba kami ajarkan antara lain:

1. Menjatah uang jajan anak dan konsekuen dengan jumlahnya

Setiap hari anak dijatah uang jajannya. Sore hari anak harus bisa me-recall kemana saja uang jajannya. Kalau bisa menyisakan uang jajannya, tentu lebih baik. Uang yang ditabung itu nantinya untuk beli mainan atau apa pun yang diinginkan. Semakin mahal keinginannya, ya semakin lama nabungnya.

2. Potong tabungan bila membeli sesuatu di luar jatah yang disepakati

Kadang, saat pergi ke tempat belanja (biasanya sih ke supermarket, jarang ke mall), anak meminta mainan. Padahal di rumah sudah disepakati bahwa gak ada beli mainan. Kalau sudah begini, orang tua harus tetap konsisten tidak membelikan mainan. Tetapi, bila anak memang benar-benar menginginkan mainan tersebut, maka bisa dengan potong uang tabungannya. Biasanya kalau anak sudah 'melek keuangan' akan menahan diri untuk membeli mainan tersebut dengan uangnya sendiri. Karena konsekuensinya uang tabungan berkurang, ya kan? Hehe

3. Membuatkan tabungan lengkap dengan kartu ATM

Edukasi keuangan untuk anak utamanya adalah mengajarkan hidup sederhana, menabung, syukur-syukur mulai menghasilkan uang (jualan ala anak-anak lah). Nah, untuk masalah menabung, optimis dong tabungan anak bakalan lumayan, dan celengan di rumah gak cukup. Lebih aman juga ditabung di bank. Dan dengan menabung di bank, anak akan belajar untuk cashless, dimana kita tetap memiliki uang, tetapi dalam bentuk saldo tabungan. Sekarang banyak CDM (cash deposit machine) di ATM bank, jadi setiap tabungan anak mencapai nominal 100.000 atau 50.000, bisa ditukar dulu uang recehnya di warung, baru nanti disetor ke CDM. Nggak perlu ngantri di teller kayak zaman dulu.

4. Hidup sederhana

Hidup sederhana akan membantu membiasakan anak untuk berhemat. Urusan hemat nggak cuma hemat uang jajan, tetapi juga hemat air, listrik, karena itu ujung-ujungnya hemat duit juga kan? Terus, hemat begitu uangnya buat apa? Ya banyak! Bisa buat sedekah atau memulai usaha

5. Belajar berwirausaha

Salah satu yang bikin Indonesia agak tertinggal secara finansial adalah karena jiwa wirausaha yang kurang. Dari kecil hanya suruh fokus sekolah, lulus, terus kerja. Kalau wirausaha itu tetap disebut pengangguran *miris. Padahal katanya 9 dari 10 pintu rezeki itu dari berniaga (wirausaha), jadi melek keuangan juga berarti harus mendobrak mindset kalau anak sekolah itu buat nanti kerja (sama orang lain). Dari kecil anak setidaknya dikenalkan dengan dunia wirausaha. Perkara ortunya nggak ada yang berwirausaha, tetapi setidaknya mindsetnya terbuka dengan dunia wirausaha. Dan, wirausaha itu nggak melulu hanya berdagang barang. Bisa saja berdagang jasa. Eksis di sosmed itu jangan kira cuma buat narsis, itu bisa jadi sarana promosi jualan anak lo, misal untuk portofolio karyanya, sehingga meningkatkan peminat yang 'membeli' karya anak. Tapi selama masih usia sekolah, tetap pendidikan yang utama. Jangan sampai keblinger, karena sudah tahu uang terus nggak mau sekolah. Biar bagaimana pun, pendidikan tetap prioritas utama. Makanya sebisa mungkin pendidikan sedari dini diarahkan sesuai dengan minat dan bakat anak.

6. Jangan lupa sedekah
Berhemat sudah, belajar menghasilkan uang juga sudah.  Yang jangan sampai ditinggalkan yaitu sedekah. Makin banyak sedekah itu makin bagus. Artinya uang kita lebih banyak yang bisa dimanfaatkan untuk orang lain, selain itu tabungan amalnya jadi makin banyak.

7. Bacaan tentang 'keuangan'

Edukasi tentang keuangan bisa menyenangkan dengan komik tentang keuangan. Di luar negeri yang terkenal yaitu komik 'Keluarga Super Irit'. Komiknya benar-benar mengajarkan soal berhemat secara maksimal. Kadang jadi punya ide berhemat dari membaca komik seperti itu. Di Indonesia ada komik Eko dan Nomi yang bisa diakses via website eko-nomi.com. Selain membahas soal penghematan, komik ini juga membahas soal pasar modal, karena diceritakan bahwa ayah dari Eko dan Nomi (tokoh utama cerita) adalah pialang di pasar modal.
Mendidik anak agar melek soal keuangan bukan berarti membuat anak jadi mata duitan. Soalnya di Indonesia ini suka salah kaprah sih, ketika sesuatu dianalogikan dengan uang, selalu dianggapnya mata duitan, padahal kan realita ya, segala sesuatunya memang butuh uang. Jadi, mengajarkan anak melek soal keuangan adalah fondasi supaya kehidupan finansial anak nantinya menjadi baik.


0 komentar:

Posting Komentar